Positif atau Negatif Dari Sinetron ?

Trend sinetron memang sudah lama mengakar di Indonesia. Bukan baru-baru saja, sinetron bahkan sudah ada hampir puluhan tahun yang lalu. Buktinya saja banyak artis-artis senior yang masih menghiasi layar kaca kita.
Sekaramg-sekarang ini, hampir bisa dipastikan setengah dari acara televisi adalah sinetron. Bukan menjadi hiburan lagi, malah bisa menjadi suatu keharusan, jadwal khusus, sinetron’s time bagi penikmatnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia pun turut serta menjadi penonton setia.
Banyaknya penonton dan pencinta sinetron, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk membawa pengaruh baik. Membawa dan mengirim hal-hal positif.
Sinetron bisa saja menimbulkan kebaikan jika benar-benar di garap oleh sutradara dan penulis skrip yang baik dan positif. Apalagi sekarang-sekarang ini, jika sinetron berisi hal-hal positif yang mengajarkan kita kebaikan. Maka penonton nya akan senantiasa mengadaptasi secara tidak langsung. Contohnya saja “mengajarkan mencintai Tuhan, mencintai orang tua, mencintai sesama, mencintai bumi, dan sebagainya.
Kebanyakan dari penonton setia sinetron adalah orang awam yang dapat mengadopsi penuh siapapun idolanya yang ada di televisi. Bayangkan jika sinetron di isi dengan hal-hal kebajikan, berapa banyak juga orang yang dapat berubah menjadi lebih baik. Belum lagi, jika suatu televisi mempunyai banyak  tayangan dengan rating tinggi maka semakin banyak pula yang berubah menjadi baik.
Tapi sinetron sekarang ini malah sebaliknya, kadang kala malah banyak sekali peran antagonis yang tidak masuk akal dan terlalu dibuat-buat. Sehingga banyak juga yang secara idak langsung terpengaruh oleh peran-peran tersebut.
Tetapi banyak juga yang memberikan pelajaran barun dalam berteman, menjalin hubungan baik dengan orang lain, dan lainnya.
Kami berharap banyak dari dunia sinetron, dan semoga sinetron televisi di Indonesia semakin baik dan semakin mengajarkan kebaikan dan benyak memberi hal positif.