" Piye...? iki wae yo, mantep aku..??" ucap temaku, aku :" Wah... aku ga' srek ama jenisnya..? lagipula kayak'nya meragukan ki, coba lihat..alamatnya ga' jelas..!!?" timpaku. Saat itu aku bertiga dengan temanku, yang satu sibuk nyemir sepatu pantofel butut warisan dari kakeknya (mungkin), aku dan temanku berdua sibuk mencari-cari pilihan. Di sudut bangunan yang masih tersisa walaupun beberapa tahun sebelumnya di guncang Gempa Bumi, dalam ruangan kos2an yang lumayan panas untuk merebus telor (terlalu romantis), karena kondisi iklim kota Yogyakarta saat musim kemarau.
Sambil mencontreng, kami masing2 menggunakan spidol air warna merah seakan tak hiraukan berisik suara keroncong menggema dalam perut. Semangat kami memandang masa depan, harapan hanya pada lembaran-lembaran buram bertuliskan ribuan kalimat yang seolah-olah memberi harapan pada kami. Di bolak-balik lembaran demi lembaran, dan tak lepas dari kata-perkata dalam kalimat2 iklan lowongan pekerjaan di Koran Hari Sabtu itu, sesaat berhenti pada satu kolom. Kami bahas berdua, apakah ini bisa atau tidak untuk dipilih. Kadang debat gaya wakil rakyat (eyel-eyelan) terjadi juga saat itu. Hahaha...
Setelah beberapa tercontreng, tercapai mufakat bersama, dan mempersiapkan kertas folio kami patungan mengumpulkan sisa2 bekal sangu dari ortu masing2,kami berdua berangkat dalam satu rombongan bak tim delegasi mancanegara bertandang ke rental komputer. Ketikan demi ketikan kami kerjakan, butuh waktu lama untuk menyelesaikannya, kadang bertanya kepada sang penjaga rental ,aku: " Mas iki piye carane.? aku ora biso" (takut ada yang rusak). Ooowalaah... kalo dibilang gaptek mungkin pas saat itu, hahaha. masa' pake MS word aja ga lancar.? banyangkan... ngetiknya saja aku pake dua jari dengan kecepatan 1 kalimat / menit. sungguh memalukan (ngisin-isini wis gede komputer ra iso).
Hari esoknya, dengan berboncengan sepeda motor kami berkeliling Jogja. Turun di depan sebuah kantor kecil di daerah Maguoharjo, semakin dekat semakin kencang darah mengalir, dan semakin keras jantung berdebar. Beban membelenggu kaki semakin berat ketika kaki ini melangkah menuju pintu masuk kantor itu. Yang terjadi adalah saling dorong-mendorong untuk masuk duluan, " kowe disik..?!!" temenku " wegaahh.. aku isiiin..!?"
aku:" wah podo2 leh isinan wae ndadak mrene barang.? wis lah ayo mulih..??!! kadung nervous "
temenku:" ayoolah aku yo isin, ternyata sing cewek uayu2, isin tenan akuu.??"
Dan akhirnya seharian kami hanya muter-muter doang, kadang tersesat (nyasar) lewat kampung2, ga' tau jalan keluarnya. Kadang mampir di warung cuma mbungkus es teh satu buat berdua (saking ngiritnya).
Itulah kisah aku dan temanku yang hanya bermodal ijazah SMA mencari kerja dikota. Padahal status kami masih kursus di salah satu Lembaga Kursus di Jogja. Belum selesai masa study tapi semangat mencari status pekerjaan sudah tercipta. Memang banyak sekali kekurangan kami dibandingkan para lulusan Perguruan tinggi. Hal itu kadang membuat perasaan minder ini muncul sewaktu2. Yang terakhir dalam bayanganku adalah segera mendapat pekerjaan. apapun itu saya lakoni (lakukan), kadung kepepet. Bekerja jualan bakso di daerah Krapyak, adalah jalan pintasku untuk mengobati rasa rindu akan pekerjaan. Dan apa yang terjadi...? aku hanya betah 2 bulan saja.. hehehe, ternyata benar.. dimana-mana, yang namanya bekerja itu tidak ada yang enak. Mungkin sekarang inilah aku ada kemajuan. berawal dari dijak temen untuk nempatin kantor kecil, dan menjabat sebagai tukang bersih2 kantor hingga aku belajar otodidak tentang komputer pake kompi (Inventaris), itupun pertama aku nyuri2 waktu. hanya malam hari ketika kantor ini jadi kekuasaanku.. hehehe (ambisi dibalik sifat ngalah).
Terakhir kali sekitar sebulan yang lalu saat tulisan ini di posting, teman2ku semasa SMA main kekantorku. Ternyata mereka semua pada kuliah di Perguruan Tinggi Jogja. Tak kusangka ternyata pada mampu kuliah.?
dari searching di dunia maya, aku ketemu mereka. Padahal sudah 5 tahun ga' ada kontak babar blast..!?
dari tujuan awal mereka main ke kantorku, ngobrol ngalor-ngidul ga' karuan, ternyata apa yang membuat saya kaget..? salah satunya berucap : " eeh aku pinjem koran sabtunya masih ada.?" haa..!! (kaget)
loh kok..?? looh.. lah kok ngingetin aku dulu ama temenku jadinya.? waah.. ternyata Koran Hari Sabtu memang keramat. Entah sampai kapan koran edisi hari spesial itu akan terus menjadi keramat. Hanya editorlah yang bisa merubahnya... hehe...
terimakasih alias maturnuwun... sudah repot2 melototin tulisan saya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman semua. Dan hanya orang-orang beriman yang bisa mengambil hikmah dari cerita ini.. Amiin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar